Medan | GeberNews.com – Dosen dan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU) telah berhasil mengembangkan asap cair dari arang batok kelapa sebagai pengawet ikan non-karsinogenik. Inovasi ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan di Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, pada Sabtu (14/9/2024).
PKM tersebut dipimpin oleh Dr. Muhammad Taufik S, S.Si, M.Si, dengan anggota tim Boby Cahyady, S.Si, M.Si, dan Rossy Nurhasanah, S.Kom, M.Kom. Empat mahasiswa turut terlibat dalam kegiatan ini, yaitu Pingkan Masruroh, Muhammad Rizky Syahputra, Nabilah Azka Azzahra, dan Eko Prastio.
Menurut Dr. Muhammad Taufik, tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas asap cair dari tempurung kelapa minimal grade 2, sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 8985 Tahun 2021. Selain itu, tim juga merancang alat destilasi untuk proses pemurnian setelah pirolisis, sehingga dapat menghasilkan asap cair yang lebih baik.
“Ikan yang ditangkap nelayan cenderung mudah rusak jika tidak ditangani dengan benar. Pengasapan dengan asap cair adalah salah satu metode yang efektif untuk mengawetkan ikan, karena komponen dalam asap mampu meresap hingga ke daging, menghambat bahkan membunuh bakteri,” jelas Taufik pada Jumat (20/9/2024).
Ia menambahkan bahwa senyawa fenol dan asam asetat dalam asap cair berperan sebagai antimikroba, sementara senyawa karbonil dan fenol memberikan aroma dan rasa khas pada ikan yang diasapkan.
“Asap cair grade 2 yang kami hasilkan aman digunakan sebagai pengawet ikan, dengan keunggulan lebih sedikit risiko senyawa karsinogen dan proses pengawetan yang cepat. Ikan yang diawetkan dengan asap cair ini dapat bertahan hingga tiga hari,” ungkapnya.
Penggunaan asap cair ini diklaim lebih menguntungkan dibandingkan metode pengasapan langsung, karena dapat mengontrol warna dan cita rasa ikan, serta lebih aman bagi kesehatan.
(Red/Dodi. R)