

Jakarta | GeberNews.com — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu langkah strategis dalam mewujudkan visi Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, menuju Indonesia Emas 2045. Program ini diluncurkan sebagai bagian dari delapan misi Asta Cita, yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM). Selain itu, MBG juga bertujuan memberdayakan UMKM dan ekonomi kerakyatan, serta mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Program pemberian makanan bergizi bagi anak sekolah sejatinya merupakan upaya mulia untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan anak-anak Indonesia. Namun demikian, adanya insiden keracunan yang sempat terjadi beberapa bulan lalu sempat menimbulkan kekhawatiran dan trauma di tengah masyarakat.
Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) membeberkan data terkait kasus keracunan yang terjadi dalam pelaksanaan program MBG. Berdasarkan data tersebut, jumlah kasus keracunan yang tercatat oleh BGN mencapai 75 kejadian. Rinciannya, sebanyak 24 kasus terjadi pada periode 6 Januari hingga 31 Juli 2025, dan 51 kasus lainnya pada periode 1 Agustus hingga 30 September 2025.
Menanggapi hal itu, Koordinator Lembaga Advokasi Kajian Strategis Indonesia (LAKSI), Azmi Hidzaqi, dalam siaran persnya menyampaikan bahwa program MBG telah bergulir di berbagai sekolah di Indonesia. Ia meyakini bahwa BGN tidak tinggal diam dalam menyikapi insiden keracunan yang terjadi di beberapa daerah. Justru, menurutnya, BGN telah melakukan berbagai langkah komprehensif dalam mengatasi masalah tersebut serta terus melakukan perbaikan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program MBG.
“Kami mendukung penuh langkah BGN dalam upaya membenahi seluruh mitra SPPG, terutama dalam hal pengetatan prosedur keamanan sejak dari dapur. Kami juga mendukung BGN membentuk tim investigasi internal dan eksternal yang beranggotakan para pakar dari berbagai bidang, seperti kimia, farmasi, kuliner, dan kesehatan masyarakat. Tim ini bertugas mendalami secara spesifik 70 kasus keracunan yang dilaporkan terjadi sepanjang Januari hingga September 2025,” ujar Azmi.
Ia menambahkan, pihaknya mengapresiasi langkah BGN yang telah berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam penanganan kejadian luar biasa (KLB) dan insiden keracunan makanan yang melibatkan peserta MBG. BGN juga dinilai bergerak cepat dalam memberikan bantuan pengobatan kepada seluruh siswa yang terdampak.
Publik kini semakin yakin dan percaya bahwa BGN terus meningkatkan komitmennya untuk memperkuat pemantauan serta pengawasan terhadap pelaksanaan program MBG. Upaya tersebut dilakukan dengan mengembangkan sistem pengawasan berlapis, pelatihan rutin bagi para penjamah makanan, serta menjalin kerja sama lintas sektor untuk menjamin mutu, keamanan, dan kesinambungan program di seluruh wilayah Indonesia.
“Dengan adanya standar pengawasan yang ketat, BGN telah mengambil langkah penting agar kasus serupa tidak terulang di masa mendatang, baik di wilayah yang pernah terjadi insiden maupun di seluruh daerah penerima manfaat MBG,” tegas Azmi.
Azmi berharap masyarakat penerima manfaat semakin puas atas pelayanan yang diberikan BGN, yang dinilai telah memenuhi standar mutu dan kualitas gizi bagi anak-anak Indonesia. “Kami juga berharap BGN terus memastikan bahwa makanan yang diterima masyarakat merupakan makanan yang sehat, layak, bergizi seimbang, dan aman,” pungkasnya.
Kordinator LAKSI
Azmi Hidzaqi








