Ketua LPKP Sumut Fajar Trihatya, SE: Pemuda Harus Jadi Pengawas Moral, Pelopor Integritas dan Penggerak Kinerja Pemerintah

0
18

Medan | GeberNews.com – Ketua Lembaga Pemerhati Kinerja Pemerintah (LPKP) Sumatera Utara, Fajar Trihatya, SE, menegaskan bahwa momentum Hari Sumpah Pemuda ke-97 tahun 2025 harus menjadi titik kebangkitan baru bagi generasi muda untuk tampil sebagai pengawas moral, pelopor integritas, dan penggerak kinerja pemerintah yang bersih dan berkeadilan.

Dalam wawancara eksklusif bersama GeberNews.com di Medan, Minggu (26/10/2025), Fajar menyampaikan pandangan tajamnya mengenai peran strategis pemuda di tengah situasi bangsa yang dinamis. Ia mengatakan bahwa semangat yang lahir dari Sumpah Pemuda 1928 bukan hanya simbol sejarah, melainkan warisan perjuangan yang menuntut tindakan nyata dari generasi sekarang.

“Sumpah Pemuda bukan sekadar diingat setiap tahun, tapi harus menjadi roh yang menggerakkan kesadaran kolektif pemuda untuk berbuat, mengkritik, dan memperbaiki. Pemuda hari ini harus berani menegur kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat, mengawasi jalannya pemerintahan, dan ikut terlibat dalam pembangunan sosial secara langsung,” ujar Fajar dengan tegas.

Menurutnya, kondisi bangsa yang diwarnai oleh lemahnya moral birokrasi, praktik korupsi, serta menurunnya semangat nasionalisme, membutuhkan keberanian kaum muda untuk berdiri di garis depan perubahan. “Pemuda adalah energi bangsa, bukan sekadar simbol. Mereka harus menjadi kekuatan moral yang berani menantang penyimpangan, sekaligus menjadi pelopor solusi,” lanjutnya.

Sebagai Pemimpin Redaksi MediaSumut24.com dan MediaJaya24.com, Fajar menilai media juga memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga arah moral bangsa. Ia menegaskan bahwa media dan pemuda memiliki kesamaan visi: sama-sama berjuang menjaga nilai kebenaran, transparansi, dan akuntabilitas publik.

“Media bukan hanya ruang informasi, tapi juga wadah edukasi publik. Tugas media adalah membangunkan kesadaran masyarakat agar melek terhadap kebijakan publik, mengawal keadilan, dan memberi suara kepada yang tak bersuara. Di sisi lain, pemuda harus menjadi bagian dari gerakan moral itu — bukan sekadar penikmat informasi, tapi pelaku perubahan,” ungkap Fajar.

Ia juga menyoroti tantangan generasi muda di era digital, di mana kemajuan teknologi justru kerap membuat semangat kebangsaan memudar. “Kita menghadapi zaman di mana nasionalisme mulai tergerus oleh arus pragmatisme dan budaya instan. Karena itu, saya mengajak seluruh pemuda untuk menyalakan kembali semangat cinta tanah air dengan cara modern — lewat inovasi, kreativitas, dan kepedulian sosial,” imbuhnya.

Fajar menekankan, bahwa memperingati Hari Sumpah Pemuda tidak cukup hanya dengan upacara atau seremonial, tetapi harus disertai aksi nyata. Ia menyerukan agar pemuda berani turun langsung ke lapangan, membantu masyarakat, melakukan advokasi sosial, serta mengedukasi publik tentang pentingnya integritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Pemuda sejati bukan yang hanya pandai bicara di media sosial, tapi yang mau bekerja di lapangan, bersentuhan dengan rakyat, dan memberi dampak positif bagi lingkungannya. Saatnya pemuda menjadi penggerak kinerja pemerintahan yang bersih dan berpihak kepada kepentingan masyarakat,” tandasnya.

Menutup wawancara, Fajar Trihatya menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus dihidupkan kembali dengan cara yang kontekstual. “Kita tidak bisa lagi hanya berteriak persatuan tanpa aksi nyata. Saatnya pemuda Sumatera Utara dan seluruh Indonesia menunjukkan bahwa mereka bukan generasi pengeluh, tapi generasi pelaku — generasi yang berani menegakkan kejujuran dan memperjuangkan kebenaran,” pungkasnya dengan nada optimistis.

🟥 Dodi Rikardo | GeberNews.com
🗣️ Mengungkap Segala Fakta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini